Sabtu, September 01, 2007

HUMOR

Humor itu universal. Humor juga cara ampuh menertawakan diri sendiri untuk melepaskan ketegangan yang menghimpit jiwa dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena itu, seorang humoris tentu seorang humanis. Simak aja kisah humor legendaris di zaman Perang Dunia II ini:

Hitler mengunjungi sebuah rumah sakit jiwa. Begitu melihat Hitler, serentak para pasien memberinya salam: berdiri tegak seraya mengangkat tangan lurus ke muka, lantas berteriak lantang "Heil Hitler!" (Hidup Hitler). Saat ia melewati barisan tampak beberapa orang pria tak memberinya hormat. Hitler kemudian menghardik, “Mengapa kamu tidak memberi hormat seperti yang lain?” Dengan sedikit ketakutan, salah seorang dari mereka menjawab polos, "Kami di sini cuma para perawat, bukan orang gila seperti mereka..”

Tokoh Hitler dalam kisah humor diatas hanyalah subjek penderita. Secara kreatif, mudah saja kita bisa ganti namanya dengan Tamerlane, Mao Tse Tung, atau bahkan Soekarno. Tergantung situasi dan kondisi yang dominan.



Mau coba humor sufi ala Nasruddin Hodja?

Pada suatu hari Nasruddin kehilangan keledainya. Maka iapun pergi ke pasar dan mengumumkan: "Saudara-saudara! Aku baru saja kehilangan keledaiku. Barangsiapa menemukan keledaiku, aku akan memberinya hadiah dua keledai." Mendengar hal itu, orang-orang pun bertanya keheranan, "Hai Nasruddin! Yang benar saja, masak menemukan satu keledai mendapat dua keledai?" Nasruddin menjawab,"Lho masak aku berbohong. Kalian kan tidak tahu bagaimana nikmatnya hati kehilangan sesuatu."

Humor tadi memang tidak renyah jika tanpa dipahami dengan pendalaman tasawuf yang memadai. Seolah-olah Nasrudin menyindir kaum apatis sambil nyinyir dengan nasibnya sendiri. Tapi itu semua diracik dengan indah. Ngga seperti komedi slapstik yang murahan.



Atau Mati Ketawa versi Rusia yang dulu pernah best seller:

Suatu ketika di kota Leningraad seorang pemuda berteriak: "Kruschev babi!".
Pemuda itu kemudian diringkus, diadili dan divonis 21 tahun penjara. Satu tahun karena alasan penghinaan, dan dua puluh tahun karena membocorkan rahasia negara.


Apapun selera humor Anda, selama masih bisa tersenyum membaca kisah-kisah diatas, maka Anda masih tergolong cukup berbahagia. Seperti semboyan Warkop DKI: Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang! Betuul..?



Tidak ada komentar: