Selasa, Oktober 21, 2008

SISI MENAKJUBKAN DARI SIFAT JIWA

oleh: Ibnu Hazm


Orang bijak tidak boleh berpatokan kepada apa yang terlihat ketika seseorang menangis tersedu-sedu meminta belas kasihan, berpura-pura teraniaya, mengeluh, memutarbalikkan dan meratap. Terhadap orang yang berperilaku seperti ini, aku yakin bahwa dialah si zalim yang telah melampaui batas dan melakukan kezaliman yang tak terperikan.  Demikian pula aku pernah dengan orang yang teraniaya berbicara dengan tenang tanpa mengeluh dan hanya memperlihatkan sedikit rasa cemas. Secara sekilas, tanpa harus berlama-lama, Anda dapat membedakannya dari si zalim. Dalam kasus semacam ini, penting untuk memperhatikan fakta, memerangi kecenderungan kita untuk berpihak, bukan kedenderungan terhadap atau berlawanan dengan sikap yang telah kami jelaskan, dan berusahalah untuk tidak memihak kepada siapapun, seperti yang diwajibkan atas kita oleh keadilan.

Hal yang mengherankan menyangkut sifat manusia adalah bahwa sikap lalai adalah buruk jika ada kebaikan untuk mengetahui cara memanfaatkannya pada waktu tertentu. Ini hanya dapat dijelaskan oleh fakta bahwa orang yang secara alamiah condong kepada sikap lalai, memanfaatkannya ketika dia harus waspada. Itulah kepandiran dengan ketidakmampuan memahami kenyataan. Sikap lalainya masuk ke dalam kategori kebodohan dan itulah sebabnya ia menjadi buruk. Sebaliknya, jiwa yang secara alamiah bersikap waspada hanya menggunakan kelalaian jika dia tidak harus mempelajari atau meneliti secara mendalam sebuah subjek. Berpura-pura bodoh terhadap sesuatu dalam hal ini berarti memahami kenyataan, menolak bertindak ceroboh, bersikap tenang dan mencegah kejadian buruk. Oleh karena itu, terpujilah mengetahui cara berpura-pura tidak mendengarkan, dan buruklah sikap tidak menaruh kepedulian.

Hal serupa berlaku terhadap mengungkapkan rasa takut seseorang atau menutupi kenyataan itu. Penjelasannya adalah bahwa orang yang terusik begitu dia mendapatkan kesulitan adalah buruk, sebab artinya adalah Anda tidak dapat mengendalikan diri dan Anda memperlihatkan emosi yang tidak mempunyai tujuan yang berfaedah. Sesungguhnya hukum Tuhan melarang hal itu; ia menghentikan Anda melakukan hal yang harus dilakukan dan membuat perencanaan yang matang berdasarkan kejadian yang dapat diperkirakan seseorang dan yang mungkin lebih mengerikan daripada keadaan saat ini yang telah menimbulkan rasa takut.

Kini, karena itu kelirulah memperlihatkan rasa takut Anda, maka lawan katanya adalah baik, yakni, memperlihatkan kesabaran, sebab hal itu berarti Anda dapat mengendalikan diri, Anda dapat memalingkan dari perbuatan yang tidak berfaedah dan kepada perbuatan yang menguntungkan lagi berfaedah, pada saat ini maupun masa depan.

Sedangkan menyembunyikan kesabaran Anda, maka hal itu juga keliru, sebab ia menunjukkan seolah-olah Anda tidak punya perasaan, keras kepala dan tidak punya sifat penyayang. Kesalahan ini hanya terdapat di kalangan orang-orang jahat, kejam dan tidak berprikemanusiaan.

Semua manusia ini sangat buruk. Sebaliknya, sikap menutupi kenyataan bahwa Anda dirundung masalah adalah terpuji sebab ia merupakan tanda kebijaksanaan, keteguhan, kebaikan dan kasih sayang. Oleh karena itu, orang dapat mengatakan bahwa kebahagiaan sejati, bagi seseorang, dalam memiliki jiwa yang sensitif namun raga yang tenang, yakni bahwa baik pada wajah atau sikapnya tidak terdapat tanda bahwa dia tengah dirundung masalah.

Jika seseorang yang penilaiannya lemah mengetahui kerugian apa yang diakibatkan oleh kesalahan perhitungannya sejauh ini, tentu dia akan mencapai keberhasilan di masa depan jika dia menghentikan sikapnya yang terlalu percaya kepada penilaiannya sendiri. 
Semoga Allah membimbing kita. 
  

Tidak ada komentar: