Senin, September 22, 2008

TRAGEDI ZAKAT, TRAGEDI UMAT

Masya Allah... Sebuah antrean demikian panjang yang terdiri kaum lemah papa dan orang miskin seadanya. Pemandangan yang menggetarkan hati nurani dan rasa kemanusiaan. Subhanallah... Sekitar Rp.200 juta berupa zakat rencananya akan dibagikan kepada lebih dari 10.000 orang yang berhak menerimanya di pelataran rumah sang muzakki. Inna lillahi... Dua puluh satu orang (data resmi pemerintah) kaum dhuafa mati lemas kehabisan napas akibat sesaknya antrean.
Penulis berduka cita sedalam-dalamnya atas tragedi pembagian zakat di Pasuruan. Insya Allah saudara-saudara kita yang meninggal dalam menunaikan rukun Islam ini tercatat mati dalam keadaan husnul khatimah. Amin.

Cermin Retak
Di saat banyak pemimpin bangsa kita ini banyak bersolek menjelang pesta politik 2009, tragedi ini amat mengganggu pikiran. Bukan karena korbannya, tapi kekhawatiran siapa yang akan dipersalahkan. Tentu pemerintah tidak mau menunjuk hidungnya sendiri bukan? Jadi, tanggung jawab dari peristiwa mematikan ini pasti dan "harus" lebih banyak ditimpakan kepada si sohibul bait, yakni si pemberi zakat. Seolah-olah pemerintah berucap, "Tuh kan, apa kata saya. Amatiran sih, Lain kali, kalau urusan bagi-bagi duit, serahkanlah kepada pemerintah. Kami kan udah pengalaman di BLT jilid I dan II". Menepuk air di belanga, terpercik muka sendiri.
Media massa yang meliput kasus ini secara "reality show" dengan mudahnya memelintir opini dan dengan enteng mencampuradukkan fakta dan opini. Untuk sekadar untuk lebih "melezatkan rasa", maka perlulah ditambahkan bumbu-bumbu kisah berbau mistik seolah-olah selama pembagian zakat selama ini selalu makan korban. Objektifkah ini? Peduli setan. The show must go on..
Ingatlah, media massa yang tahu betul situasi di sana telah berdosa karena mendiamkan suatu kemunkaran tengah terjadi. Bahkan seolah-olah 'kesurupan setan', mereka shoot juga detik-detik menjelang para korban meregang nyawa. Benar-benar tayangan realistik tanpa efek apapaun. Ini baru berita. Sad but true.

Hikmah
Bagaimanapun ini kesalahan kita semua. Ada sebagian diantara kita yang secara sengaja dan zalimnya menutup-nutupi kebenaran tentang data kemiskinan sehingga membludaknya jumlah penerima zakat menjadi suatu hal yang tidak terduga sebelumnya. Di sisi lain, terdapat pula segelintir elite yang mengambil situasi ini untuk menyalahkan siapapun dan apapun yang berseberangan dengan kepentingan dan ambisi politiknya. Ada lagi sekumpulan makhluk aneh yang mendramatisasikan korban kemiskinan untuk tujuan komersil. Sisanya, dan ini paling banyak adalah seperti kita semua. Ordinary people. Manusia yang kerjanya berdiam diri dan masa bodoh terhadap kesulitan hidup umat manusia yang lain. Inilah tanda-tanda impotensi keimanan. Apa betul sudah sampai separah itu? Anda yang tahu jawabnya.

Semoga kita mendapat ampunan dari Allah SWT.



Wallahu a'lam bisawab

Selamat menunaikan ibadah shiyam

Tidak ada komentar: