bagian pertama
TAHUN 636 M( 4 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat)
Kepala Pemerintahan Islam: Umar bin Khattab r.a.
Daerah Kekuasaan: jazirah Arabia, Damaskus & sebagian Irak.
Selama pemerintahan Abu Bakar r.a., panglima Khalid bin Walid r.a. menduduki sebagian kekaisaran Persia yang dikenal sebagai Kerajaan Hira. Kemudian beliau diperintahkan oleh Abu Bakar r.a. untuk bergabung dengan ekspedisi di Syria. Pada waktu keberangkatannya, khalifah menunjuk Mutsanna bin Harits r.a. sebagai panglima pasukan perang Islam menggantikan Khalid. Orang-orang Persia menjadi sangat geram atas hilangnya sebagian wilayah kerajaan Hira, dan kaisar mengirim satu pasukan perang yang besar di bawah komando seorang Jenderal yang termasyhur dan amat disegani, Rustam, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Persia. Mengingat tekanan semakin meningkat dari orang-orang Persia, Mutsanna meminta Umar r.a. untuk memperkuat pasukannya. Pada waktu itu di Madinah terjadi suksesi dan tengah berlangsung pembaiatan khalifah Umar r.a. Beliau kemudian mengajukan masalah Mutsanna di hadapan kaum muslim, namun pada mulanya tidak mendapat tanggapan. Kemudian Umar r.a. dalam kutbahnya menekankan akan pentingnya jihad, dan sejumlah besar sukarelawan muslim diberangkatkan. Abu Ubaid ats-Tsaqafi telah ditunjuk sebagai komandan angkatan perang Islam yang terdiri dari 5000 orang.
Perang NamariqKetika Abu Ubaid telah sampai di sana, suatu pertempuran berlangsung di Namariq dan kaum muslimin telah memenangkannya. Sejumlah jenderal yang terkenal dari tentara Persia Jaban, tangan kanan Rustam, telah terbunuh. Beberapa pertempuran kecil juga berlangsung di Kaskar dan di tempat lain.
Perang JembatanKekalahan pasukan Persia mengejutkan Rustam. Ia kemudian menghimpun satu pasukan perang yang besar untuk menghadapi kaum muslim. Pasukan perang Persia berhadapan dengan muslimin di tepi lain dari Sungai Eufrat di bawah komando Bahman, seorang prajurit Persia yang termashyur. Bahman bertanya kepada Abu Ubaid r.a. apakah orang-orang Persia harus menyeberang ataukah orang-orang muslim. Abu Ubaid terlalu percaya diri dan memilih untuk menyeberangi sungai. Meski demikian, beberapa jenderal muslim seperti Mutsanna tidak ingin menyeberangi sungai dan lebih suka membiarkan orang-orang Persia yang datang. Angkatan perang Islam telah menyeberangi sungai tetapi kalah dalam peperangan tersebut. Abu Ubaid r.a. juga mati syahid. Tongkat komando diambil alih Mutsanna dan memerintahkan untuk membangun kembali jembatan yang telah dihancurkan. Gajah-gajah pasukan perang Persia telah menyebabkan banyak kerugian bagi pasukan perang kaum muslimin. Betapapun Mutsanna hanya dapat menyelamatkan 3000 orang dari 9000 pasukan perang muslim.
Perang BuwaibKhalifah Umar r.a. terguncang atas kekalahan pasukan Islam. Beliau mengirim pesan-pesan khusus ke berbagai anggota suku dan mendorong umat Islam mempersiapkan diri guna perang suci melawan Persia. Satu bala bantuan besar baru dikirim untuk membantu paukan Mutsanna Dalam pasukan ini sejumlah orang-orang Arab Kristen juga termasuk di dalamnya.
Orang-orang Persia juga telah menghimpun satu pasukan perang yang sangat besar. Pada waktu itu Rustam, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Persia, telah menunjuk Mehran Hamdani sebagai komandan pasukan karena ia telah berkeliling Arab dan tahu cara bertempur mereka. Pasukan Islam, di bawah pasukan Mutsanna, bertemu di satu tempat yang bernama Buwaib. Pasukan Islam berjumlah sekitar 20 ribu orang, sementara Pasukan Persia berjumlah sepuluh kali lipatnya, 200 ribu orang pasukan tempur. Pertwmpuran pun berlangsung demikian sengitnya. pasukan Islam bertempur matia-matian dan setelah suatu pertempuran yang gigih, orang-orang Persia berhasil dikalahkan. Mereka tidak dapat menemukan jalan untuk menyeberangi sungai Eufrat karena jembatan yang telah mereka bangun dihancurkan oleh kaum muslimin. Telah terjadi kekacauan total di dalam angkatan perang Persia. Komandan angkatan perang, Mehran telah terbunuh dalam pertempuran ini dan tidak kurang seratus ribu orang melayang nyawanya di medan perang. Sebagai hasil dari kemenangan in, seluruh bagian Barat kekaisaran Persia (sekarang negara Irak) jatuh ke dalam tangan muslimin.
Pergantian Penguasa PersiaKekalahan hebat di Buwaib mengguncangkan kekaisaran Persia. Tidak hanya bagi penguasa, tapi juga menimbulkan kegusaran bagi masyarakat setempat. Umat Islam yang selama ini dinilai remeh dan hanya dipandang sebelah mata, kini menjadi kekuatan yang menakutkan. Untuk pertama kalinya mereka menyadari kekuatan Islam. Kerusuhan berskala besar menggoyang istana Persia. Kaisar perempuan yang sedang berkuasa Puran Dukht akhirnya digantikan Kaisar muda berusia 20 tahun, Yezdagird. Kaisar baru ini kemudian membangun kembali kekuatan militer Persia dan memperkuat pertahanan di perbatasan. Terjadi kembali pertempuran-pertempuran sporadis di kantong-kantong Islam yang mengakibatkan kaum muslimin kehilangan lagi beberapa bagian daerah taklukannya.
Umar r.a. menyatakan jihad ke seluruh negeri dan mengumpulkan pasukan dari berbagai penjuru daerah sampai terkumpul angkatan perang yang berjumlah 20 ribu pasukan Islam. Umar sendiri ingin memimpin pasukan perangnya waktu itu, tetapi Majlis Syura tidak menyetujuinya. Nama Saad bin Abi Waqqash r.a. seorang prajurit besar telah diusulkan untuk memimpin pasukan ini. Sepasukan militer ini istimewa, karena di dalamnya termasuk 70 sahabat veteran Perang Badar Al Kubra.
Delegasi IslamSebelum pertempuran pecah, umat Islam berkemah di Qadisiyah. Di sana Saad r.a. mengirim Nu'man r.a sebagai utusan Islam ke istana Persia. Sebuah istana yang bergelimang perhiasan, kemegahan dan kemuliaan duniawi dari orang-orang Persia. Di hadapan kaisar Yezdegird Nu'man ini berkata dengan lantang:
"Wahai orang-orang Persia, kami menyeru kalian kepada jalan kedamaian ini, Islam. Jika kalian menerimanya, kalian adalah saudara-saudara kami dan kami akan tinggalkan kitab Allah, Al-Quran, sebagai pembimbing kalian mengikuti perintah-perintah-Nya. Jika kalian menolak pesan ini, bayarlah jizyah (pajak pertahanan). Pilihan ketiga adalah perang apabila kalian menolak dua tawaran pertama tadi, agar kami bisa melakukan sesuai keinginan kami untuk menyebarkan pesan suci ini."Kaisar Yezdagird amat membanggakan kekuatan angkatan perangnya. Mendengar seruan Nu'man ini, hilang kesabarannya. Ia mengambil sebuah keranjang penuh tanah dan meletakannya di atas kepala utusan Islam itu. Delegasi Islam itu kembali ke kamp Qadisiyah membawa keranjang tanah sebagai tanda kemenangan.
Kaisar Persia mengirim satu pasukan perang yang terdiri dari 100 ribu orang. Pada waktu itu, Rustam sendiri, Panglima Besar Persia yang memimpin pasukan. Rustam pada saat itu telah merasa gentar terhadap kaum muslimin dan ragu-ragu berhadapan dengan mereka. Ia membutuhkan waktu enam bulan untuk mencapai Qadisiyah dari ibukota Persia, Mada'in (Ctesiphon). Sebelum pertempuran, ia ingin melakukan negosiasi dengan kaum muslimin terlebih dahulu. Delegasi muslim pergi ke kemah Rustam dikepalai Rabi' bin Amir r.a. Di sana berlangsung perdebatan panjang dan tidak ada keputusan diambil. Rabi' r.a. menyampaikan pesan Islam dan mengajukan tiga syarat yang sama sebagaimana diajukan sebelumnya oleh Nu'man di hadapan kaisar. Pada hari kedua Rustam kembali meminta Sa'ad r.a. untuk mengirimkan delegasi. Saat itu ia mengutus Hudzaifah r.a. yang mengajukan tiga syarat yang sama dan mengatakan kepada Rustam apabila ia tidak menerimanya dalam waktu tiga hari, pilihan ketiga yakni penggunaan pedang akan tetap dilakukan atasnya.
Pada hari ketiga, Rustam lagi-lagi meminta seorang utusan dan saat itu Mughirah bin Syu'bah r.a. yang pergi. Rustam mencoba bernegosiasi berkenaan dengan uang dengan kata-kata:
"Aku pikir kalian miskin dan kelaparan. Kami akan memberi Anda demikian banyak harta kekayaan yang cukup untuk seluruh hidup Anda"Mendengar hal ini, Mugirah r.a. dengan marah menjawab,
"Tentu saja kami lapar dan miskin tetapi Allah telah mengirim Rasul-Nya kepada kami karena dari siapa takdir kami berubah dan Allah memelihara kami. Beliau meminta kami untuk menaati hanya satu Allah dan menyebarkan pesan-Nya. Jika Anda mengikuti pesan-Nya (Islam) Anda adalah saudara kami, dan kami tidak akan berperang dengan Anda. Jika tidak, maka biarkan kami menyebarkan kalimah-Nya dan Anda membayar kami jizyah. Sebaliknya, kalau tidak pedang akan memberikan keputusan terakhir."
Mendengar hal ini Rustam geram dan bersumpah untuk membunuh semua orang Muslim segera ketika terbit matahari berikutnya. Mughirah r.a. segera kembali ke kemah Islam seraya berkata, "
La haula wa la quwata illa billahil Adzim" (Tiada daya dan upaya kecuali Allah Yang Maha Agung).
bersambung